Daisypath Next Aniversary Ticker

Senin, 28 Januari 2008

Climate Change dan Busway

Aktivitas manusia, misalnya pemanfaatan bahan bakar fosil, kegiatan pertanian dan peternakan, atau konversi lahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca seperti karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx) dan gas metana (CH4) di atmosfir. Hal ini mengakibatkan terjadinya fenomena pamanasan global yaitu meningkatnya suhu permukaan bumi secara global. Pengaruh pemanasan global adalah terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya akan mengubah pola iklim dunia, yang dikenal dengan istilah Perubahan Iklim.

Menurut IPCC Third Assessment Report (IPCC, 2001) negara-negara berkembang di Asia umumnya sangat rentan terhadap perubahan iklim. Lebih spesifik lagi dilaporkan bahwa daerah-daerah yang berpenduduk padat yang sangat tergantung pada sumberdaya alam seperti Indonesia sangat rentan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Suhu udara yang meningkat secara langsung akan mempengaruhi produksi padi (makanan pokok masyarakat) serta serealia lainnya. Daerah yang padat penduduk akan rentan terhadap wabah penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Demikian juga akibat tingginya curah hujan akan langsung berpengaruh terhadap daerah pesisir yang rendah dan padat penduduk yang secara luas akan terpengaruh oleh genangan banjir. Sebaliknya, kekeringan akan mempengaruhi daerah lahan kering dan dataran tinggi.

Sebentar lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Convention on Climate Change di Nusa Dua Bali, 3-14 Desember 2007. Konvensi ini merupakan lanjutan dari United Nations Framework Convention on Climate Change, yang diselenggarakan di Kyoto, Desember 1997 yang telah menghasilkan Protokol Tokyo. Protokol Kyoto sendiri adalah sebuah perjanjian internasional yang mengatur tatacara penurunan emisi Gas Rumah Kaca di atmosfir pada taraf yang tidak membahayakan kehidupan organisme dan memungkinkan terjadinya adaptasi ekosistem, sehingga dapat menjamin ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Melalui Protokol Kyoto, target penurunan emisi oleh negara-negara industri dapat dijadwalkan dan dilaksanakan melalui mekanisme yang transparan. Indonesia sendiri telah meratifikasi konvensi tersebut pada tanggal 1 Agustus 1994 melalui UU No. 6/1994

Usaha menurunkan emisi Gas Rumah Kaca pada sektor energi umumnya didasari pada tiga prinsip berikut, yaitu:

• Mengurangi penggunaan bahan bakar karbon.

• Meningkatkan efisiensi pembakaran

• Meminimalisir kebocoran metana (CDM Country Guide)

Di Indonesia, telah mulai dijalankan berbagai usaha-usaha mengurangi emisi Gas Rumah Kaca tersebut, salah satunya dengan pembuatan Bus Rapid Transit, yang lebih dikenal sebagai busway.

Bus rapid transit (BRT) secara definisi merupakan system transit massa dengan bus, yang mengantarkan masyarakat dengan cepat, nyaman dan murah (Wright, 2005).

Pengadaan busway ini merupakan kebijakan yang positif apabila dilihat dari sisi kesehatan, karena keberadaan busway TransJakarta dapat mengurangi nitrogen oksida sebesar 212 kg/hari (Ernst, 2005) dan mengurangi penggunaan mobil pribadi, yang berpengaruh pada pengurangan penggunaan bahan bakar minyak, juga CO2 dan CO sebagai bahan buangannya. Dari 1 Februari 2004 hingga akhir Maret 2005, busway TransJakarta dilaporkan telah mengangkut sebanyak 20.508.898 penumpang (TransJakarta.go.id).

Walaupun keberadaaan busway sangat menguntungkan, masih banyak kontradiksi dari masyarakat karena kemacetan yang diakibatkannya. Masalah itu terjadi karena perubahan jenis transportasi ini tidak dibarengi dengan pergeseran tren pilihan transportasi masyarakat dan belum adanya pengurangan alat transportasi umum lainnya. Adanya kekurangan dalam sistem busway dan belum optimalnya promosi mengenai penggunaan busway juga merupakan faktor yang sering menjadi permasalahan.

Manifestasi dari permasalahan tersebut terlihat dari penggunaan motor dan mobil pribadi masih tinggi, angkutan umum lain seperti bus dan metromini yang penggunaannya belum dikurangi ,dan masih ada beberapa kekurangan pada sistem busway, seperti kapasitas terminal busway yang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, hanya ada satu pintu pada sisi platform dan pelayanan yang belum efektif (Ernst 2005).

Di waktu mendatang, diharapkan keberadaan busway dapat menjadi salah satu solusi yang efektif bagi masalah kesehatan, ekonomi dan transportasi yang ada di Indonesia, juga sebagai salah satu bentuk keikutsertaan Indonesia dalam usaha menyehatkan dunia dari pemanasan global.

Ma, 11 November 2007

Tulisan Ma buat tugas pak Wiku,, ^^

Tidak ada komentar: